Visitor

Kurir

Tepat pada malam nifsu sya'ban kemarin, saya bersama seorang rekan senasib menemui seseorang di daerah condongcatur, Yogyakarta. Selama perjalanan menuju ke daerah tersebut, terasa panggilan kuat dari batin saya yang mengatakan bahwa beliau adalah kurir yang akan mengantarkan saya ke pemahaman lebih tinggi kepada seorang guru.

Setelah menempuh perjalanan sekitar 30 menit maka perjalanan saya kali ini berakhir pada sebuah rumah sekaligus warung soto di sebuah perempatan kecil di daerah minomartani. Di rumah itu terlihat 3 orang anak dan seorang wanita dewasa yang sedang ramai mengurus ketiga anak-anaknya. Setelah berucap salam, saya pun kemudian terus mengikuti kata hati untuk bertemu dengan beliau walaupun harus menunggu beberapa lama.

Akhirnya setelah beberapa lama menanti berdua, saya pun bertemu dengan beliau. Sepintas, sosok beliau seperti seseorang tua yang kaya akan pengalaman hidup. Saya pun akhirnya berkenalan dengan beliau, dan apa yang menjadi firasat saya sejak sore itu pun ternyata secara kebetulan kembali benar. Dari beliau tergambar salah satu jalan untuk menjadikan negara saya ini menjadi lebih baik, serta bagaimana menemukan guru yang selama ini saya cari.

Beliau menjelaskan mengenai beberapa pengalaman hidupnya mulai dari pertemuan dengan nyi roro kidul, lelaki berbuah zakar 3 biji yang memegang warisan emas bumi nusantara serta beberapa pengalaman kehidupan yang beliau alami semasa muda hingga kini. Banyak pengetahuan baru yang saya dapatkan setelah bertemu beliau. Dan dalam sela-sela pembicaraan, seperti firasat saya di awal, beliau bermaksud mempertemukan saya dengan seorang guru yang bisa memberikan saya gambaran yang luas mengenai kehidupan ini.

Setelah bertemu dengan beliau, visi dan firasat-firasat mengenai apa yang akan terjadi kedepan semakin kuat. Saya kembali terngiang-ngiang dengan pesan terakhir almarhum ayah saya untuk menjadikan negara ini menjadi negara yang makmur. Apakah saya harus percaya dengan visi dan firasat-firasat yang saya alami, atau saya harus mengabaikan "mimpi" itu sebagai angin lalu dan menjadi manusia dengan pandangan umum, terus terang saya masih bimbang. Seringkali saya ingin untuk melatih kemampuan batin saya agar dapat bertemu kembali dengan almarhum ayah melalui ilmu ragasukma tingkat tinggi, namun di sisi lain saya masih mengalami kebimbangan apakah hal itu perlu saya lakukan atau tidak.

mengalir.. setidaknya itu yang bisa saya pikirkan saat ini,, saya bingung dengan berbagai pemikiran manusia saat ini yang sering terbalik-balik. Entah kenapa kadang-kadang timbul juga rasa bosan yang sangat untuk menjelaskan nilai-nilai luhur kepada orang-orang di sekitar saya, yang baik hati maupun pikirannya seolah tersihir dengan kenyataan fana tentang dunia. Entah keluarga dekat, maupun keluarga jauh. Dan entah kenapa saya harus mengalami berbagai visi dan firasat-firasat yang seringkali kebetulan sesuai dengan kenyataan hidup, namun hal itu tidak berlaku bagi orang-orang sekitar saya. Menjelaskan kepada mereka mengenai apa yang akan terjadi dan bagaimana menghadapinya dengan nilai-nilai kesederhanaan dan rendah hati benar-benar menyita kesabaran saya, apakah saya harus kembali bersuara ataukah saya harus diam saja,,

sepertinya pilihan kedua masih lebih baik untuk saya saat ini.