Visitor

Diskusi



Terimakasih bagi para pengunjung yang telah membaca blog saya. Apabila diantara para pengunjung ada yang ingin berkomentar silakan tinggalkan catatan saudara di sini.

4 komentar:

PakLik Guru mengatakan...

Sugeng rawuh dhumateng sedoyo.

Anonim mengatakan...

Imajinasi, lebih berarti dari sekedar ilmu pasti. (kata dhani) test komen saja

Meew mengatakan...

Tanya pendapat anda tentang "Tuhan menciptakan manusia atau manusia menciptakan tuhan?"
Maturnuwun

PakLik Guru mengatakan...

@Agustin: Terimakasih atas komentar anda. Sebelum saya menjawab, saya ingin anda memahami konsep bahwa kepercayaan itu memiliki derajat yang lebih tinggi daripada kebenaran. Seseorang yang telah percaya bahwa sesuatu itu ada, tanpa harus melalui banyak bukti logis maka sesuatu itu ada untuknya. Sebagaimana apabila seseorang telah percaya bahwa sesuatu itu tidak ada, maka berbagai bukti logis untuk menjelaskan keberadaannya pasti akan disangkal. Dengan kata lain, pendekatan yang saya ambil adalah dengan menggunakan hati (rasa) terlebih dahulu, kemudian barulah diikuti dengan logika untuk mendukungnya (logika). Apabila konsep pengambilan keputusan ini berbeda dengan cara berpikir anda, maka bisa dipastikan semua pernyataan yang saya utarakan untuk anda pasti akan anda tolak dan menjadi salah dengan sendirinya. Bagaimanapun, pendapat adalah bahasa persepsi, bukan representasi dari kebenaran itu sendiri.

Pilihan mengenai eksistensi tuhan adalah hal yang gampang-gampang susah. Setiap kali ada pendapat mengenai adanya tuhan dengan fakta-fakta ilmiah, maka seketika itu akan ada pula penyanggahnya. Silakan lihat diskusi di dunia maya mengenai perdebatan kaum atheis dengan kaum yang percaya terhadap tuhan. Dijamin, apabila anda memang pribadi yang tidak mengunci pikiran dan membatasi diri anda sendiri terhadap kebenaran (mis. hanya memijakkan kebenaran pada suatu dogma yang memiliki potensi untuk meniadakan kebenaran lainnya), maka anda akan mengalami kebingungan yang sangat akibat pemahaman terhadap bukti-bukti kedua kubu (atheis dan berketuhanan) yang sangat logis dan bisa diterima akal. Itu pun hanya berdebat tentang eksistensi tuhan, belum lagi berdebat mengenai tuhan itu yang benar seperti apa,,

Bagi saya, kebetulan, mempercayai tuhan adalah sesuatu yang lebih bermanfaat dan berguna untuk menenangkan hati saya. Dengan percaya akan eksistensi tuhan, saya tidak lagi hilang. Saya percaya akan adanya tuhan karena saya merasa bahwa saya ada, dan saya ditempatkan ke dalam sebuah tubuh/jasad hidup. Apabila saya tidak ada, maka tentunya semua yang saya perjuangkan di dunia adalah tidak ada. Tentunya itu merugikan bagi diri saya, tidak akan menenangkan batin saya serta mengaburkan entitas diri dan tujuan hidup saya.

Dari sini saya berkesimpulan bahwa, lepas dari persepsi bahwa tuhan itu ada atau tidak ada, maka saya lebih memilih untuk berkonsentrasi pada diri saya sendiri. 'Apakah saya ini ada?' dan dari merasakan keberadaan diri tersebut, saya merasakan keberadaan tuhan. Kalau tuhan itu tidak ada, maka seharusnya saya pun tidak ada. Buktinya, saya ada dan saya butuh sesuatu yang saya 'kambinghitamkan' untuk menciptakan saya. Tentang tuhan itu sebenarnya saya ciptakan, atau tuhanlah yang menciptakan saya maka saya kembalikan lagi ke konsep asal mula kehadiran saya di dunia. Apakah saya merasa saya berada di dunia? saya rasa iya. Lalu apakah saya yang menghendaki saya berada di sini (di dunia ini), ataukan saya tidak bisa menentukannya sejak dari awal? Apakah saya memiliki kemampuan untuk memilih bentuk badan saya menjadi bentuk yang lain? saya rasa tidak. Saya merasa bahwa semua yang terdapat pada saya ini adalah pemberian sesuatu kekuatan besar tersebut, dan bukan saya sendiri yang memiliki kekuasaan untuk menentukannya. Sehingga dari situlah saya merasa bahwa terdapat entitas kuat yang mempengaruhi tiap-tiap elemen terkecil dari diri saya, baik saya sesungguhnya maupun saya secara penampakan fisik. Saya menamakan sesuatu tersebut sebagai 'Tuhan'. Entitas tunggal yang maha besar, yang memulai segalanya. Dan semuanya saya dasarkan atas perasaan, sedangkan logika mengikuti kemudian.

Percaya kepada tuhan bagi saya benar-benar menguntungkan, dan menenangkan batin. Saya tidak terlalu peduli dengan surga atau neraka, dari kabar yang saya tahu bahwa surga dan neraka memang diciptakan. Namun bukan itu intinya, Buat saya Tuhan adalah pusat segalanya. Begitulah jawaban saya, semoga memuaskan saudara.