Visitor

Reformasi


Tujuan Hidup dan Mengubah Sistem Menjadi Lebih Baik
----------------------------------------------------------
Berawal dari seorang rekan kuliah yang sedang bertanya-tanya pada saya, apakah tujuan hidup manusia? Orang-orang baik banyak yang mengatakan bahwa tujuan manusia hidup adalah: beribadah kepada sang pencipta, menjadikan dunia lebih baik, menjadi berguna untuk orang lain, memiliki keturunan yang banyak yang bisa meneruskan generasinya, memiliki teman sebanyak mungkin dan mempersedikit musuh, menolong orang lain, dan berbagai hal yang baik sejenisnya. Namun mungkin sebenarnya hanya dia sendiri yang bisa mencari dan mengetahuinya. Itulah pentingnya laku perihatin. Sebuah laku atau keputusan hidup untuk mengurangi segala kenyamanan yang dimilikinya hingga sedikit diatas nol, alias hidup dengan sumberdaya seminimum mungkin. Mengurangi tidur, mengurangi makan, mengurangi waktu luang, mengurangi bersenang-senang, mempersedikit berhubungan badan, dan lain sebagainya sebagai usaha untuk menebus keinginannya mendapatkan jati diri seorang manusia yang sebenarnya manusia.

Singkatnya, tidak salah memang apabila manusia berusaha dengan caranya sendiri untuk menemukan inti pemahaman dasar mengenai dirinya sendiri, namun berbagai cara tersebut akan jauh lebih efisien apabila seorang manusia memiliki guru yang bisa membimbingnya. Saya hanya tahu satu hal bahwa pada dasarnya semua manusia itu berhati sama: berusaha mencari sesuatu yang baik dan hidup dengan cara yang baik pula, karena bagaimanapun ruh manusia adalah saripati kebaikan dari yang maha suci, sedangkan badannyalah yang berasal dari materi alam semesta yang bagaimanapun harus tunduk pada hukum alam semesta yang kita huni sekarang.

Okey, kita mulai saja penjelasannya. Seperti halnya yang telah saya jelaskan sebelumnya bahwa alam semesta kita sekarang menganut persamaan termodinamika dasar yang menyatakan bahwa derajat kekacauan akan naik seiring dengan waktu yang berjalan ke satu arah (maju). Demikian pula dengan materi dasar penyusun badan manusia, bahwasanya badan dan seluruh sistem indrawi yang dapat dilakukan oleh manusia akan turut meluruh seiring dengan meluruhnya alam semesta ini. Pada akhirnya, seleksi alamiah tetap berlaku pula pada manusia. Dimulai dari badani kemudian masuk menuju ranah ruh. Ada yang menanggapinya dengan sabar untuk tetap berbuat baik, ada pula yang tidak mampu bersabar sehingga tidak peduli lagi dengan hakekat dasar manusia, hati patah arang dan menjadi gelap mata untuk memilih menjadi sesuatu yang jahat karena merasa semua usahanya sudah tidak lagi berarti. Kenyataannya, sedikit orang yang berbuat jahat karena faktor bawaan lahir. Adapun kelainan mental untuk berbuat jahat biasanya memang disebabkan kelainan genetik yang tidak lain merupakan bentuk spesifik dari sistem alam semesta yang memiliki entropi positif. Oleh karena itu sebagai dampaknya banyak sekali generasi baru di tanah air ini yang sering dibingungkan dengan polah bawa orang tuanya dan lingkungan pendahulunya. Seolah, generasi baru yang memiliki kesadaran tinggi ini tiba-tiba diterjunkan dalam lingkungan abstrak yang lebih mengutamakan buruk dan salah sebagai sebuah realitas dibandingkan denagan nilai-nilai luhur kebaikan sebagai idealisme tujuan hidup. Karena begitu sulitnya pilihan seseorang maka seringkali generasi baru nusantara tidak mampu mengubah apapun, hanya merasa banyak sakit hati dengan sistem yang ada sehingga pada akhirnya menyerah dan berusaha sebisanya. Ujung-ujungnya: tidak terjadi apapun.

Ada pepatah yang diajarkan seorang guru kepada saya. Mewujudkan sesuatu yang baik itu tidak hany amembutuhkan niat yang baik, tetapi membutuhkan prosedur yang benar pula. Banyak orang berniat baik tetapi terkadang hanya menggunakan cara asal-asalan untuk mewujudkan niat baiknya sehingga lebih sering sialnya daripada beruntungnya. Menurut hemat saya, cara yang baik adalah mencoba mengenali dan menguasai diri sendiri terlebih dahulu baru bekerjasama dengan orang-orang yang mampu membuat kita menjadi lebih baik, sambil terus menerus menimba ilmu dari para guru. itu adalah sebuah kutukan hidup bagi orang yang menginginkan sebuah kebaikan. Memang, sesuatu yang baik itu tidak pernah murah.

Langkah pertama dari menuju kebaikan adalah mengenali diri sendiri dan ikhlas terhadap dirinya dan lingkungannya, apapun adanya saat ini. Bagaimana caranya? sederhana. Dimulai dari ketenangan batin. Tenang yang terus menerus akan menciptakan sabar. sedangkan sabar yang terus menerus akan menciptakan ikhlas. sebuah ilmu tertinggi dalam kehidupan. Nah, masalahnya bagaimana mencapai sebuah ketenangan? perihatin jawabannya. Saya seringkali menanyakan kepada seseorang yang masih suka bingung. Mengapa kamu bingung? mengapa kamu bertanya? tentu saja jawabannya adalah "karena saya mencari jawaban". Lantas apa kalau manusia sudah menemukan jawaban hidup? jarang yang sering bertanya hingga demikian.

Okelah, akan saya jelaskan dengan kata-kata saya yang penuh keterbatasan ini. Manusia mencari jawaban karena menusia menginginkan ketenangan batin. Ketika manusia telah mendapatkan ketenangan batin, maka jawaban itu akan muncul dengan sendirinya. jawaban hanya sebuah media/sarana/lantaran untuk menenangkan batin manusia. Intinya, ketika manusia sudah memiliki ketenangan batin maka manusia tidak perlu lagi jawaban otomatis, manusia tidak memerlukan lagi bertanya dan mencari-cari sesuatu dalam hidupnya yang sebenarnya sudah ada pada hatinya sendiri, hanya saja jarang yang sadar. Kebanyakan manusia mengetahui bahwa ketenangan batin itu dicari dengan pengalaman, ilmu dan akan tumbuh seiring dengan umur. Mungkin benar untuk orang-orang biasa, namun premis tersebut sudah tidak lagi relevan dengan adanya generasi baru nusantara yang semakin memiliki kesadaran yang tinggi terhadap hakekat kehidupan. Bagi generasi baru yang telah berkesadaran, maka hanya berlaku satu hal: Ketenangan hidup harus di-create dan bukan ditemukan sejalan umur. Ketenangan hidup harus disintesis dari dalam batin dan merupakan bagian dari keputusan hidup, bukan "mencari dari alam" lagi. Ketenangan hidup merupakan landasan yang paling fundamental dalam mencari dan menemukan sosok manusia itu sendiri. Sehingga secara kasar: lakukan apapun yang manusia bisa untuk mendapatkan ketenangan hidup. Terimalah saja semua yang ada dalam hidupmu tanpa pertanyaan dan tanpa harapan apapun. apabila ada pertanyaan yang sulit, catat saja. Jawabannya akan ditemukan suatu saat di masa depan. Berusahalah tetap mengalir tapi tetap sadar dengan tiap fase kehidupan. Turunkan sumberdaya hidup serendah mungkin sambil tetap menjaga kesadaran hidup. Tujuannya hanya satu: menenangkan batin. Apabila hal tersebut terus dilakukan dengan sepenuh hati, maka niscaya lambat lambat laun jati diri manusia dan kesadaran akan mengendap dengan sendirinya. Dan semua yang ada dalam diri manusia akan lebih mudah dikendalikan. Jadikan ketenangan batin menjadi alasan terkuat untuk mencapai tujuan hidup. dengarkan panggilan alam dan tetapkanlah tujuan dengan dasar ketenangan batin tersebut. Apabila tujuan hidup dirasa menggebu-gebukan hati, maka tinggalkanlah. ganti dengan tujuan yang lain. coba terus hingga ditemukan tujuan hidup yang "gue banget" yang batin tidak berontak serta pikiran mengerti dengan benar bagaimana mencapainya dan mampu memanajemen seluruh resiko yang mungkin timbul atas ide keputusan tersebut. Itulah yang dinamakan tujuan hidup.

Tujuan hidup harus terus didoakan dan disempurnakan tiap kali manusia sadar atas kehidupan. Dalam mencapainya, ketenangan batin harus terus menerus diasah hingga menjadi sebuah kesabaran. Tujuan hidup yang benar (menurut saya pribadi) adalah tujuan hidup yang kita tidak memiliki kepentingan apapun didalamnya. tidak ada rasa menggebu, tidak ada pula rasa sedih, balas dendam, ingin keren, atau seluruh sifat2 duniawi manusia. Misal, tujuan hidup saya adalah ingin mengajarkan ilmu. Bukan karena saya senang, merasa berilmu, bahagia ketika melihat orang menjadi mengerti atau yang lainnya, melainkan karena itulah panggilan hati saya yang muncul setelah saya menenangkan batin. No complain, no over perception. Adapun sidat2 senang, bangga, dan lainnya, itu hanyalah sebagai pembenaran logika saya saja.

Nah, seringkali panggilan hidup seseorang generasi baru nusantara adalah mengubah sistem yang buruk menjadi sistem yang baik. Menyadarkan manusia sekelilingnya untuk melihat masa depan seperti yang dia lihat, seperti visinya di masa depan. Namun satu hal yang perlu disadari dan diperhatikan bahwa tidak semua orang mampu melihat masa depan sesuai dengan si pemilik visi. Itu sering sekali terjadi, bahkan pada saya sendiri di kehidupan sehari-hari. Tetap tenang dan berusaha memaklumi orang lain adalah langkah pertama penanganannya.

Lantas bagaimana apabila selama apapun kit amenyarakan visi, tetapi orang-orang di sekitar kita tetep ndableg alias ngeyel terhadap visi kita? padahal visi ini sangat baik untuk mereka? apa yang salah dengan visi saya? Hmmm,, menarik sekali, namun saya hanya bisa mengatakan: hijrahlah. Berpindah. Karena anda tidak berada pada lingkungan yang tepat. Setidak-tidaknya buatlah jaringan/kenalan dengan orang-orang yang sependapat dengan anda. Tanpa harus menunjukkan jati diri anda yang lain terhadap lingkungan sekitar. Meleburlah menjadi satu dengan lingkungan tanpa harus mengorbankan jati diri, alias menyamarlah menyerupai lingkungan, namun berpindahlah (pikiranmu) untuk bekerjasama dan saling mengenal dengan orang-orang yang sama-sama ingin mengubah sistem. Jangan pernah frontal mengubah sistem sendirian, atau sama saja dengan bunuh diri. Nusantara yang baik hanya akan dibesarkan oleh para pengubah sistem -yaitu para generasi baru- yang terorganisasi dan bersaudara. Ini bukan ngajarin yang aneh-aneh lho,, hanya maksud saya berusahalah untuk berteman dan saling mengenal dengan kawan yang tepat, yaitu para generasi pengubah sistem agar indonesia kita menjadi lebih baik. Tidak amburadul seperti ini. Kedaulatan negara terancam, Islam garis keras semena-mena, adu domba antar kaum beragama, sogok-menyogok buat jadi pimpinan, main dukun penglarisan, wah pokoknya kacau semua bangsa kita kalau terus menerus seperti ini. Yang kita sisakan untuk anak cucu hanyalah sisa-sisa kehancuran yang dibuat oleh para pendahulunya. Ngenes banget kalau itu yang bakal terjadi pad aanak cucu kita. Naudzubillah.

semoga tulisan singkat ini bermanfaat, disini saya hanya ingin menyampaikan bahwa sekuat apapun, sepintar apapun manusia tidak pernah mampu bisa hidup sendiri. Berusahalah untuk bijaksana. Terkadang pilihan yang salah harus kita ambil untuk mendapatkan manfaat yang jauh lebih besar. Jadilah pemimpin yang memiliki local wisdom yang tinggi. Pemimpin nusantara yang arif bijaksana, memiliki banyak kawan, mampu melebur dengan rakyat serta selalu fleksibel dalam perbedaan namun tiap tujuannya selalu dapat dicapai tepat waktu. Selalu laku perihatin, mendekatkan diri dengan sang pencipta dan mendapat petunjuk tanpa tedeng aling-aling dan nggak sakkarepe wudele dhewe.

Sebagai penutup, bagaimanapun kata-kata memang tidak bisa memindahkan rasa. Sebagai catatan, aksara < kata < citra < rasa. Semakin ke kanan semakin susah untuk dipindahkan, padahal sebuah ilmu harus meliputi pemindahan semua komponen tersebut. Tulisan/simbol/aksara adalah yang paling rendah efisiensinya untuk menyampaikan informasi, sedangkan rasa/feeling adalah yang tertinggi namun paling sulit dipindahkan. Bagaimana mengatakan sebuah rasa pedas kepada anak kecil yang belum pernah memakan cabai? Maka itulah pentingnya guru, yaitu untuk mengajarkan hakekat melalui empat media diatas. Semoga anda bertemu guru yang benar, yang mampu menjelaskan jauh lebih baik dan lebih memuaskan daripada saya.
Maturnuwun.